biar blog ini lebih bermanfaat,, tak postingin sebagian hasil kerja kelompok.ku dalam mata kuliah SEMANTIK.. mata kuliah yang amat membingungkan,,
sebenernya simpel sih, tapi dibuat ribet sama buku dan dosennya..
Pengertian makna
dalam pemakaian sehari-hari
Dalam pemakaian sehari-hari, kata makna
digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian. Pengertian makna
cenderung lebih dekat dengan pengertian arti, namun bukan berarti keduanya
sinonim mutlak. Disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup
makna dan pengertian (Kridalaksana, 1982:15).
Pengertian makna
sebagai istilah
Kata makna sebagai istilah mengacu pada
pengertian yang sangat luas. Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia
luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat
saling dimengerti (Grice, 1957; Bolinger, 1981:108). Dari batasan pengertian
itu, dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni
(1) makna
adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar
(2) penentuan
hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta
(3) perwujudan
makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling
dimengerti.
Yang
dimaksud hubungan antara bahasa dengan dunia luar, dalam hal ini terdapat tiga
pandangan filosofis yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Ketiga
pandangan yang dimaksud adalah (1) realisme,
(2) nominalisme, dan (3) konseptualisme.
(1) Realisme
beranggapan bahwa terhadap wujud dunia luar, manusia selalu memiliki jalan
pikiran tertentu. Pandangan bahwa antara “makna kata” dengan wujud yang
dimaknai” memiliki hubungan yang hakiki, akhirnya menimbulkan klasifikasi makna
kata yang dibedakan antara yang kongkret, abstrak, tunggal, jamak, khusus,
maupun universal ternyata tidak selamanya mudah. Batas antara benda konkret dan
abstrak, khusus atau universal, seringkali sulit ditentukan. Kata “mendung”
misalnya, selain dapat diacukan sebagai benda, dapat pula diacukan sebagai
“suasana sedih”.
(2) Dalam
nominalisme, hubungan antara makna
kata dengan dunia luar semata-mata bersifat arbitrer meskipun sewenang-wenang
penentuan hubungannya oleh para pemakai dilatari oleh adanya konvensi. Sebab
itulah, penunjukkan makna kata bukan bersifat perseorangan, melainkan memiliki
kebersamaan.
(3) Bagi
konseptualisme, pemaknaan sepenuhnya ditentukan oleh adanya asosiasi dan
konseptualisasi pemakai bahasa, lepas dari dunia luar yang diacunya.
Pengertian
makna dan pendekatan referensial
Dalam
pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam
kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar. Sebagai label atau julukan, makna
itu hadir karena adanya kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan
kesimpulan yang keseluruhannya berlangsung secara subjektif. Kesadaran
pengamatan dan penarikan kesimpulan dalam pemberian julukan, dan pemaknaan
tersebut, berlangsung melalui bahasa. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa
keseharian, bahasa yang digunakan di situ adalah bahasa perseorangan atau
private language. Terdapatnya bahasa perseorangan yang mempribadi tersebut
lebih lanjut menyebabkan keberadaan mmakna sangat ditentukan oleh adanya nilai,
motivasi, sikap, pandangan, maupun minat secara individual. Dagai makna yang
beragam.alam puisi, misalnya, pemberian julukan yang bersifat individual itu
mengakibatkan kata-kata yang digunakan menuansakan berbagai makna yang beragam.
Pengertian makna
dalam pendekatan ideasional
Dalam pendekatan ideasional, makna
adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk kebahasaan yang bersifat
sewenang-wenangnya, tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling dimengerti.
Gambaran gagasan dari suatu bentuk kebahasaan yang bersifat sewenang-wenang,
tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling dimengerti. Gambaran kesatuan
hubungan antara makna dengan bentuk kebahasaan itu secara jelas dapat dikaji
dalam perumusan Grice.
Meletakkan komponen semantik pada
adanya suatu gagasan, bukan berarti pendekatan ideasional mengabaikan makna
pada aspek bunyi, kata dan frase. Jerrold J. Katz mengungkapkan bahwa penanda
semantis dari bunyi, kata dan frase sebagai unsur-unsur pembangun kalimat,
dapat langsung diidentifikasi lewat kalimat. Dengan mengidentifikasi
unsur-unsur kalimat itu sebagai satuan gagasan, diharapkan pemaknaan tidak
berlangsung secara lepas-lepas, tetapi mengacu pada sauan makna yang dapat
digunakan dalam komunikasi (Katz, dalam Steinberg & Jakobovits, 1978 :
297).
Pendekatan ideasional dilatari
gagasan dari John Locke, yakni “. . . bahasa adalah pengemban makna untuk
mengomukasikan gagasan”. (Alston, 1964: 22). Dalam pedekatan Ideasional, makna
dianggap sebagai pemerkah ide yang memperoleh bentuk lewat bahasa dan terwujud
dalam kode. Dari adanya kegiatan “pembahasan pesan” dan “pengolahan kode”, maka
dalam pendekatan ideasional, penguasaan aspek kognitif dan rekognisi dari
pemeran dalam kegiatan komunikasi, sangat penting. Aspek kognisi dan rekognisi
memiliki sasaran, baik pada aspek gramatik, hubungan antara aspek gramatik
dengan unsur semantis, maupun hubungan antara bahasa dengan dunia luar.
Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa bahasa memiliki kedudukan sentral. Dengan demikian, kesalahan penggunaan
bahasa dalam proses berpikir menyebabkan pesan yang disampaikan tidak tepat.
Sebaliknya, seandainya penggunaan bahasa dalam proses berpikir sudah benar, tetapi
kode yang diwujudkan mengandung kesalahan, informasi yang diterima pun dapat
menyimpang. Pada sisi lain, meskipun pembahasan pesan dan kode sudah benar,
bila terjadi gangguan penerimaan, besar kemungkinan informasi yang diterima
tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan. Pandangan bahwa bahasa adalah
ekspresi bebas dari gagasan lebih lanjut, juga diungkapkan Chomsky. Pelopor
dalam menghadirkan teori generatif Transformasi.
Betapa pun bagusnya pandangan dalam
pendekatan ideasional, kritik masih juga berdatangan. Selain itu, meletakkan
bahasa sebagai wujud gagasan; sebagai perilaku eksternal dari yang internal,
tidak dapat berlaku umum.
Kritikan lain, mengharapan
kesejajaran asosiasi fakta dari makna kata antara penutur dengan pendengar
tidak selamanya terlaksana. Kata anjing,
misalnya, bagi penutur mungkin menunjuk ke asosiasi fakta “binatang
kesayangan”, Bagi pendengar mungkin justru berkebalikan.
Pengertian
makna dalam pendekatan behavioral
Sebelumnya
telah dijelaskan pendekatan referansial dan pendekatan ideasional. Keberadaan
dari pendekatan behavioral terhadap kedua pendekatan tersebut, salah satunya
adalah, kedua pendekatan itu telah mengabaikan konteks sosial dan situsional
yang oleh kaum behavioral dianggap berperanan penting dalam menentukan makna.
Kritik lain terhadap kedua pendekatan di atas adalah pada objek utama kajian
yang justru tidak pernah dapat diobservasi secara langsung. Pernyataan dalam
kajian ideasional yang berkaitan dengan keselarasan pemahaman antara penutur
dengan pendengar dalam memaknai kode. Misalnya dalam pendekatan behavioral
dianggap kajian spektakulatif karena pengkaji tidak pernah mampu meneliti
karakteristik idea atau penuturan-pendengar, sejalan dengan aktivitas
pengelolahan pesan dan pemahamannya. Sebab tuturan atau unit terkecil yang
mengandung makna penuh dari keseluruhan speech event yang berlangsung speech
situation disebut speech act (Hymes, 1972:56).
Penentuan
makna dalam speech act menurut Searle harus bertolak dari berbagai kondisi dan
situasi yang melatari pemunculannya (Searle, 1969). Makna keseluruhan unit
ujaran dengan demikian harus disesuaikan dengan latar situasi dan bentuk
interaksi sosial yang mengondisikannya. Hal itu sejalan dengan rumusan
pengertian Austin.
Konsep
yang antara lain dikembangkan oleh Austin, Hare, Searle, Alston, dll, akhirnya
juga tidak lepas dari kritik. Kritik utama, yang akan datang dari Chomsky,
menganggap bahwa meletakkan unsur luar bahasa sejajar dengan bahasa dalam
rangka menghadirkan makna, berarti menghilangkan aspek kreatif bahasa itu
sendiri yang dapat digunakan untuk mengekspresikan gagasan secara bebas.
boleh minta daftar pustaka nya ga? thanks
BalasHapushttps://www.wattpad.com/user/prayforbohemian
BalasHapusmampir di tempatku kakak